Hot News

Senin, 13 Juni 2011

Bagaimana mengatasi perilaku menyimpang dari anak


Sesuatu hal tanpa kita sadari adalah anak kita melakukan hal yg menyimpang dari kebiasaan seperti mencuri atau berdusta. Tentunya hal ini akan membuat orang tua merasa marah kepada anak dan merasa bersalah pada diri sendiri. Untuk itu, saya akan mencoba untuk menjabarkan mengapa dan bagaimana kita sebagai orang tua mengatasi bila di kemudian hari mengalami hal ini.

Ada 4 hal yang menyebabkan anak mencuri adalah sbb:
  1. Anak mencuri karena dia adalah anak yang impulsif. Impulsif berarti seseorang yang mempunyai dorongan yang kuat untuk mempunyai sesuatu, dan waktu dia menginginkan sesuatu dia harus mendapatkannya dengan seketika.
  2. Anak yang membutuhkan perhatian, karena hidup di lingkungan yang kurang sekali perhatian, dia sangat butuh aktifitas. Waktu dia membutuhkan aktifitas, yang dilakukan ialah mencuri, dengan dia mencuri dia bisa membeli barang yang ia inginkan sebab di rumah atau di sekolah kemungkinan besar dia tidak mendapatkan perhatian, jadi anaknya menyendiri.
  3. Tipe anak yang egosentrik, anak-anak yang sangat egois di mana keinginannya tidak boleh dibendung, yang dia inginkan harus dia dapatkan, dia tidak mengenal batas milik, bahwa ini milik orang lain, ini milik saya sebab orang pun harus tunduk pada keinginannya.
  4. Tipe keempat adalah anak yang bermasalah. Atau yang lebih sering disebut kleptomania yaitu anak-anak yang sebetulnya kompulsif anak-anak yang mempunyai problem perilaku, di mana dia harus mencuri meskipun dia tidak membutuhkan barang yang dia inginkan tapi dia mengambilnya, karena itu suatu perilaku yang harus dia lakukan.
Situasi-situasi yang mendukung anak melakukan tindakan mencuri, yaitu:
  1. Situasi yang sangat kurang pengawasan terhadap benda-benda berharga di dalam rumah kita.
  2. Sangat kurangnya penanaman hati nurani pada diri anak, sehingga anak-anak itu tidak tahu lagi benar salah. Tidak pernah diajarkan mana yang baik mana yang kurang baik, sehingga akhirnya mencuri bukan sesuatu yang salah baginya.
  3. Kurangnya pengawasan terhadap anak sehingga anak-anak bebas melakukan apa saja yang dikehendakinya.
  4. Situasi ekonomi yang lemah dalam pengertian sangat susah, bisa juga yang sedang tapi kebetulan tinggal di lingkungan yang melampaui kemampuan ekonominya. Jadi teman-temannya memakai baju yang bagus, cincin yang bagus atau apa, akhirnya dia juga tergoda untuk memilikinya.
  5. Situasi budaya, budaya yang membolehkan pencurian. Yaitu sistem kehidupan/ cara hidup di lingkungan-lingkungan tertentu yang seolah-olah memberikan toleransi orang mencuri atau mengambil barang orang lain.
Biasanya ini dilakukan kepada orang-orang yang lebih berada, dan dilakukan selama itu tidak terlalu merugikan pemiliknya. Atau juga dengan merasionalisasi bahwa seharusnya orang membagikan hartanya dengan dia yang tak punya. Contoh : tokoh Robin Hood, Jessie James (mencuri tapi membagikan kepada orang-orang miskin).
Mencuri pada dasarnya mempunyai sistem imbalan yang tersendiri, yaitu:
  1. Imbalan pertama secara psikologis, emosional. Adanya kepuasan karena kita bisa melakukan sesuatu yang tidak dilakukan oleh orang lain, kita sedikit lebih berani untuk melakukan hal yang menegangkan.
  2. Selain imbalan dalam mencuri kita bisa memiliki yang dimiliki orang lain, nah ini juga menimbulkan satu kepuasan.
  3. Kita bisa menikmati hasil curian itu, dengan uang yang kita miliki kita bisa beli barang-barang yang kita inginkan.
Nak akhirnya ketiga unsur ini menjadi suatu sistem imbalan dalam mencuri, ini yang membuat akhirnya orang atau anak-anak kecil terus mencuri.
Yang perlu kita lakukan sebagai orangtua terhadap anak yang mencuri:
  1. Melakukan sistem sanksi, salah satu sistem yang bisa diterapkan adalah bukan saja dia harus mengembalikan, tetapi dia harus juga mengembalikan ditambah dengan sanksinya atau hukumannya, ini yang Alkitab katakan.
Amsal 22:15, Firman Tuhan berkata: "Kebodohan melekat pada hati orang muda, tetapi tongkat didikan akan mengusir itu dari padanya." Firman Tuhan menekankan sekali disiplin, pembentukan, pengarahan. Dan tidak ada konsep di Alkitab yang mendukung pandangan bahwa biarkan anak-anak bertumbuh dengan sendirinya secara natural, tidak. Tugas orang tualah untuk mengarahkan anak dan termasuk dalam hal mencuri ini. Saya kira salah satu hal yang paling pokok, harus dilakukan orang tua adalah memberikan pengawasan pada anak. Anak yang tidak terawasi dengan baik cenderung terlibat dalam masalah.
Amsal 23:15 berkata: "Hai anakku, jika hatimu bijak, hatiku juga bersukacita. Jiwaku bersukaria, kalau bibirmu mengatakan yang jujur." Nah ini jelas ya, Tuhan akan sangat senang sekali kalau hati kita bijak dan mulut kita melakukan atau mengatakan hal yang jujur. Ini tantangan buat kita orang tua menanamkan hal ini pada anak-anak kita. Berhati bijak dan bermulut jujur.

Pada beberapa hal juga harus ditambahkan dengan hukuman yang dapat membuat anak mengerti akan hal itu. Dalam hal ini hukuman yang diberikan yaitu dalam bentuk pengajaran langsung tentang sebab-akibat dari perbuatan itu. Yaitu:
1. Apa yang terjadi?
    Point ini si anak harus dapat menjelaskan secara detail apa yg dilakukan.
    Mis: Kemarin saya mencuri duit dari Bapak X  sebesar Rp. 1000 dalam 2 lembar Rp 500.
2. Apa yang dia pikirkan pada saat itu?  
   Pada point ini si anak menceritakan apa yg dipikirkan saat sebelum mengambil dan untuk apa dia mengambil barang itu.
    Mis: Saya mau beli permen di warung. Saya tidak sering dapat jajan dari Ortu, I mau coba permen yg lain.
3. Apa yg dia pikirkan setelah mengetahui bahwa melakukan hal itu ada salah dan dapat melukai orang lain?    Mis: Melakukan hal itu tidak baik karena mencuri adalah salah dan dapat melukai perasaan orang lain.
4. Siapa saja yang disakiti akibat perbuatannya ?
    Jelaskan secara detail siapa saja yang tersakiti, orang yg kehilangan, teman-teman yg ikut tertuduh, teman dekat ikut sedih, orang tua juga sedih, dan siapa saja yg dapat dikaikan dgn si anak dgn pandangan bahwa orang-orang sekitar dia mengetahui bahwa si anak ini sebenarnya adalah anak yang baik.
5. Apa yang harus dia lakukan saat ini utk memperbaiki kesalahannya?
   Point ini dapat dijelaskan dgn tidak melakukan lagi hal tsb, mengembalikan uang tsb kepada pemilik dgn melakukan suatu pekerjaan (hal ini dapat bekerja sama dgn ortu sehingga si anak dihukum mis:membersihkan kelas setiap hari dgn dapat bayaran dari sebesar Rp250, sehingga si anak harus bekerja selama 4 hari - tujuannya bahwa mendapatkan duit itu tidak cuma-cuma), membuat surat pernyataan maaf, mengatakan maaf kepada teman-teman yg benar-benar terlibat dan mengetahui hal tsb., membuat suatu pernyataan yg tidak akan melakukan hal tsb seterusnya, selalu mengatakan yg sejujurnya kepada orang-tua, menunjukkan kepada orang sekitar bahwa saya dapat melakukan hal yg benar dgn pilihan yang tepat, mengambil tanggung jawab akibat perbuatan yg telah dilakukan, dst..dst... dan terakhir, melakukan yang terbaik setiap hari sebisanya.

Buatlah dalam bentuk surat pernyataan agar si anak dapat mengingat akan kesalahan yg pernah dibuat. Dan jangan menghubung-hubungkan dengan kejadian yg sudah pernah terjadi sebelumnya. Karena, umur anak-anak  masih bisa melakukan perubahan ke arah yang baik. Jika dihubungkan dgn hal-hal yang telah lewat, dikawatirkan dapat terperangkap dalam opini yang tidak baik terhadap ybs.

Semoga berguna dan dapat membantu.



Tidak ada komentar:

Posting Komentar